ucapan

Senin, 16 Juli 2012

LOMBA AGAR MANUSIA BISA BERTELUR

Sudah bertahun-tahun Baginda
Raja Harun Al Rasyid ingin
mengalahkan Abu Nawas. Namun
perangkap-perangkap yang
selama ini dibuat semua bisa
diatasi dengan cara-cara yang
cemerlang oleh Abu Nawas.
Baginda Raja tidak putus asa.
Masih ada puluhan jaring
muslihat untuk menjerat Abu
Nawas.
Baginda Raja beserta para
menteri sering mengunjungi
tempat pemandian air hangat
yang hanya dikunjungi para
pangeran, bangsawan dan orang-
orang terkenal. Suatu sore yang
cerah ketika Baginda Raja beserta
para menterinya berendam di
kolam, beliau berkata kepada
para menteri,
"Aku punya akal untuk menjebak
Abu Nawas."
"Apakah itu wahai Paduka yang
mulia?" tanya salah seorang
menteri.
"Kalian tak usah tahu dulu. Aku
hanya menghendaki kalian
datang lebih dini besok sore.
Jangan lupa datanglah besok
sebelum Abu Nawas datang
karena aku akan
mengundangnya untuk mandi
bersama-sama kita." kata Baginda
Raja memberi pengarahan.
Baginda Raja memang sengaja
tidak menyebutkan tipuan apa
yang akan digelar besok. Abu
Nawas diundang untuk mandi
bersama Baginda Raja dan para
menteri di pemandian air hangat
yang terkenal itu. Seperti yang
telah direncanakan, Baginda Raja
dan para menteri sudah datang
lebih dahulu. Baginda membawa
sembilan belas butir telur ayam.
Delapan belas butir dibagikan
kepada para menterinya. Satu
butir untuk dirinya sendiri.
Kemudian Baginda memberi
pengarahan singkat tentang apa
yang telah direncanakan untuk
menjebak Abu Nawas. Ketika Abu
Nawas datang, Baginda Raja
beserta para menteri sudah
berendam di kolam. Abu Nawas
melepas pakaian dan langsung
ikut berendam. Abu Nawas
harap-harap cemas. Kirakira
permainan apa lagi yang akan
dihadapi. Mungkin permainan kali
ini lebih berat karena Baginda
Raja tidak memberi tenggang
waktu untuk berpikir.
Tiba-tiba Baginda Raja
membuyarkan lamunan Abu
Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu
Nawas, aku mengundangmu
mandi bersama karena ingin
mengajak engkau ikut dalam
permainan kami."
"Permainan apakah itu Paduka
yang mulia ?" tanya Abu Nawas
belum mengerti.
"Kita sekali-kali melakukan
sesuatu yang secara alami hanya
bisa dilakukan oleh binatang.
Sebagai manusia kita mesti bisa
dengan cara kita masing-masing."
kata Baginda sambil tersenyum.
"Hamba belum mengerti Baginda
yang mulia." kata Abu Nawas
agak ketakutan.
"Masing-masing dari kita harus
bisa bertelur seperti ayam dan
barang siapa yang tidak bisa
bertelur maka ia harus
dihukum !" kata Baginda.
Abu Nawas tidak berkata apa-apa.
Wajahnya nampak murung. Ia
semakin yakin dirinya tak akan
bisa lolos dari lubang jebakan
Baginda dengan mudah. Melihat
wajah Abu Nawas murung, wajah
Baginda Raja semakin berseri-seri.
"Nah sekarang apalagi yang kita
tunggu. Kita menyelam lalu naik
ke atas sambil menunjukkan telur
kita masing- masing." perintah
Baginda Raja. Baginda Raja dan
para menteri mulai menyelam,
kemudian naik ke atas satu
persatu derigan menanting
sebutir telur ayam. Abu Nawas
masih di dalam kolam. Ia tentu
saja tidak sempat mempersiapkan
telur karena ia memang tidak
tahu kalau ia diharuskan bertelur
seperti ayam.
Kini Abu Nawas tahu kalau
Baginda Raja dan para menteri
telah mempersiapkan telur
masing-masing satu butir. Karena
belum ada seorang manusia pun
yang bisa bertelur dan tidak akan
pernah ada yang bisa. Karena
dadanya mulai terasa sesak. Abu
Nawas cepat-cepat muncul ke
permukaan kemudian naik ke
atas. Baginda Raja langsung
mendekati Abu Nawas. Abu
Nawas nampak tenang, bahkan ia
berlaku aneh, tiba-tiba saja ia
mengeluarkan suara seperti ayam
jantan berkokok, keras sekali
sehingga Baginda dan para
menterinya merasa heran.
"Ampun Tuanku yang mulia.
Hamba tidak bisa bertelur seperti
Baginda dan para menteri." kata
Abu Nawas sambil membungkuk
hormat.
"Kalau begitu engkau harus
dihukum." kata Baginda bangga.
"Tunggu dulu wahai Tuanku yang
mulia." kata Abu Nawas
memohon.
"Apalagi hai Abu Nawas." kata
Baginda tidak sabar. "Paduka
yang mulia, sebelumnya ijinkan
hamba membela diri. Sebenarnya
kalau hamba mau bertelur,
hamba tentu mampu. Tetapi
hamba merasa menjadi ayam
jantan maka hamba tidak
bertelur. Hanya ayam betina saja
yang bisa bartelur.
"Kuk kuruu yuuuuuk...!" kata Abu
Nawas dengan membusungkan
dada. Baginda Raja tidak bisa
berkata apa-apa. Wajah Baginda
dan para menteri yang semula
cerah penuh kemenangan kini
mendadak berubah menjadi
merah padam karena malu. Sebab
mereka dianggap ayam betina.
Abu Nawas memang licin, malah
kini lebih licin daripada belut.
Karena merasa malu, Baginda
Raja Harun Al Rasyid dan para
menteri segera berpakaian dan
kembali ke istana tanpa
mengucapkan sapatah kata pun.
Memang Abu Nawas yang
tampaknya blo'on itu sebenarnya
diakui oleh para ilmuwan sebagai
ahli mantiq atau ilmu logika.
Gampang saja baginya untuk
membolak-balikkan dan
mempermainkan kata-kata guna
menjatuhkan mental lawan-
lawannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINGGALKAN JEJAK SOBAT.OK..